Gandok Diproyeksi Dukung Proyek Rami Nasional, Hasilkan 1,5 Ton Produk per Bulan
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Tim Riset Gabungan dalam rangka proyek Rami Nasional dari hulu kehilir menyambangi sentra produksi rami di Desa Gandok Kecamatan Kalikajar, kemarin (26/8). Tim tersebut merupakan gabungan dari Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) Malang, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK). Menyambut tim tersebut, Ketua Ramindo Persada yang berbasis di Gandok, Ahmad Wibowo meyebut bahwa Desa Gandok memiliki rantai produksi Rami mulai penanaman hingga menjadi produk jadi. “Wonosobo menjadi salah satu rujukan dalam objek riset karena yang masih ada tnaman dan produksi yang kontinyu di bawah naungan Ramindo Berkah Persada Nusantara. Produksi Rami di Wonosobo sudah dimulai sejak tahun 1999 sebagi sebuah projek pilot dari Pemerintah. Namun seiring perkembangannya perlahan menghilang. Sekarang ini tersisa di desa Gandok, Kalikajar,” ungkapnya ditemui Kamis (27/8). Wibowo menyebut produksi rami memili prospek yang bagus dalam banyak hal termasuk dari sisi ekonomi maupun pemberdayaan masyrakat. Terlebih bisa menciptakan produk-produk berkualitas yang berbahan baku Rami dari hasil lokal. “Serat rami bisa menjadi bahan baku tekstil dan bisa mensubtitusi kapas. Rami bisa hidup bagus di iklim tropis Indoensia sedangkan kapas tidak terlalu bagus. Pada awal proyek pemerintah dulu, rami wonsobo pernah bekerja sama dengan Departemen Pertahanan untuk perlengkapan tekstil seperti Rompi anti pekuru hingga seragam tentara. Karena ada pergantian struktur Dephan maka kerjasama juga berakhir,” imbuhnya. Baca juga Seorang Kakak Tega Mencabuli Adik Kandungnya Sementara itu, salah satu peneliti serat tanaman LIPI, Nanang Masruchim, menyebut bahwa rami bisa menjadi peluang usaha yang sangat bagus ke depannya. Karena memiliki serat yang kuat dan juga tahan di berbagai kondisi. “Informasi dari BPPT divisi bio industry juga mengatakan bahwa sekrang mereka sedang mengembangakn enzim yang bisa menjadikan rami menjadi sebuah bahan baku yang efektif dan efesian bagi industri,” ungkapnya. Senada, peneliti asal Balittas Malang Prof Nur Indah, mengatakan bahwa produk rami sempat berjaya di tahun 1980-an dan dikembangkan di beberapa daerah di Indoensia. Namun sekarang keberadaannya cukup langka meskipun permintaan pasar cukup tinggi. “Rami ini tanaman yang cukup mudah tumbuh dan dipanen dalam usia 55 hari atau dua bulan. Dengan industri rami ini harapannya mampu menggalakkan ekomomi masyarakat. Apalagi jika alat produksinya tersedia maka bisa jadi peluang usaha baru bagi masyarakat Wonosobo,” ungkapnya. Diungkapkan Wibowo, Rami Wonsoobo mampu menghasilkan 1,5 ton perbulan untuk kerAjinan di Magelang dan peluang permintaan lain masih terbuka. Dengan adanya kunjungan itu diharapakan mampu menciptakan satu klaster ekonomi kecil menengah dari hulu ke hilir dari rami sebagai project nasional. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: